Semenjak di sekolah anakku mulai ada tambahan calistung, aku mulai was-was nih nanti gimana ya metodenya? Anakku paham gak ya? Duh kalau gak paham gimana? Aku bisa sabar ngajarin gak ya? Pertanyaan itu semua sering kali muncul dalam pikiran. Akupun tidak memaksa untuk cepet bisa, tapi tidak mungkin dalam setiap tahap tidak ada progress.
Minggu-minggu awal masih lumayan aman karena PR nya masih membaca dan menulis. Disitu juga anakku nulisnya udah bisa sejak belum masuk sekolah TK, jadi tinggal melancarkan dengan benar dan sabar, namanya juga latihan. Pelan-pelan nanti anak juga mulai bisa mengikuti dengan baik.
Tibalah mulai mendapatkan PR berhitung, penjumlahan, mengurutkan angka, pengurangan dan lain-lain. Mulailah aku kebingungan, metode yang diajarkan gimana ya? Sama gak ya sama yang aku ajarkan dirumah? Karena jujur sewaktu SD aku gak tau gimana aku belajar, aku ingatkan aku udah bisa aja. Mungkin karena beda jaman hehehe
Tiap sepulang tambahan calistung, aku sempet ngobrol dan bertanya sama bu guru yang ngajarin anakku. Aku harus menanyakan gimana metode yang dipakai untuk penjumlahan, metode yang dipakai saat pengurangan. Dengan demikian aku berharapnya sih biar metode yang aku diajarkan saat bantu anakku belajar dirumah sama dengan yang diajarkan bu guru. Jadi anakku lebih mudah mengerjakannya.
Suatu siang sepulang sekolah
Bu guru: mah, ada PR ya dikit. Ngurutin angka aja, tadi udah aku coba dikelas
Aku : Gimana ya bu ini ngajarin nya? Caranya gimana ya bu?
Bu guru: gini mah, itung dulu 1 sampai 10, nah kira-kira angka mana nih yang disebut duluan? Nanti baru tulis jawabannya
Aku : oh gitu ya bu, nanti saya coba dirumah.
Sampai dirumah dicoba ngerjain PR pakai metode yang diajarkan bu guru ternyata nyambung juga, Cuma ditengah mengerjakan sedikit bosen karena terganggu konsentrasi.
Begitu pula dengan PR pengurangan, aku menanyakan yang udah pernah diajarkan ke anakku seperti apa. Karena kalau memasukkan metode yang baru, aku takut kalau anakku bingung. Tapi kalau sama Ayahnya dicoba beberapa metode yang berbeda dari bu guru, alhamdulillah anakku ternyata bisa juga.
Sebenarnya itu kekhawatiran orang tua, khawatir anaknya bisa mengikuti calistung gak karena ini bakal ngaruh banget ke sekolah dasar. Yang katanya kurikulum yang melelahkan banyak PR dan lain-lain.
Mungkin ini salah satu caraku membangun komunikasi bu guru disekolah anakku, karena menurutku komunikasi ini penting untuk anak juga. Bu guru sudah mengajarkan anakku disekolah jadi aku sebagai orang tua harus mau mengajari atau mengulang dirumah.